Film Roots Karya Michael Schindhelm Diputar di Bali, Refleksi Kritis Wisata Bali

Film Roots Karya Michael Schindhelm Diputar di Bali, Refleksi Kritis Wisata Bali

Roots: Refleksi Bali antara Modernitas dan Warisan Budaya

DENPASAR –
Film dokumenter fiksi berjudul Roots karya sutradara dan seniman Michael Schindhelm akhirnya hadir di Bali. Sebelumnya, karya ini telah mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan seni dan budaya internasional.

Menggali Akar Budaya Bali

Film Roots menyoroti perjalanan panjang Pulau Dewata dari masa lalu hingga masa kini. Melalui narasi simbolis, Schindhelm mengajak penonton menyelami kisah yang jarang diungkap. Ia menampilkan kebangkitan Bali sebagai destinasi wisata dunia sekaligus perjuangan masyarakatnya menjaga jati diri budaya di tengah arus modernitas.

Dalam kisahnya, roh pelukis legendaris Walter Spies—yang seratus tahun silam menyaksikan transformasi awal Bali—digambarkan “kembali” ke pulau ini. Melalui narasi imajiner tersebut, Schindhelm kemudian mengajukan pertanyaan reflektif: apa yang sebenarnya terjadi pada Bali setelah modernitas dan pariwisata datang bersamaan dengan warisan Spies?

Potret Perubahan Sosial dan Budaya

Lebih dari seratus seniman lintas genre terlibat dalam produksi Roots. Oleh karena itu, film ini tidak hanya menjadi karya visual yang indah, tetapi juga menghadirkan potret mendalam tentang perubahan sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat Bali.

Menurut Jango Pramartha dari Jango Creative House dan Bog Bog, Roots bukan sekadar kritik terhadap perkembangan Bali. Sebaliknya, film ini berfungsi sebagai cermin yang membantu masyarakat menatap masa depan dengan lebih bijak.

“Film ini menjadi sarana membangun ingatan kolektif atas apa yang telah terjadi, agar kita bisa bertindak lebih bijak di masa depan,” ujarnya dalam rilis resmi, Senin, 3 April 2025.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa di era media sosial saat ini, masyarakat seolah terus-menerus dihadapkan pada berbagai persoalan. Karena itu, Roots hadir sebagai ruang refleksi yang jernih, mendalam, dan menyentuh.

Denpasar sebagai Pusat Budaya

Selain itu, Jango menegaskan bahwa Denpasar memiliki sejarah panjang dalam perjalanan pariwisata Bali. “Sejak berdirinya Bali Hotel, kota ini menjadi episentrum penting budaya dan ekonomi. Melalui film Roots, catatan sejarah itu kembali dihidupkan,” ujarnya.

Ia pun berharap kegiatan seperti ini dapat memicu gerakan budaya lintas generasi. Dengan demikian, nilai-nilai dan semangat Bali akan terus terjaga meski zaman terus berubah.

Kolaborasi Seni dan Arsitektur

Tak hanya menayangkan Roots, Michael Schindhelm juga mempersembahkan dua film dokumenter lain, yaitu The Chinese Lives of Uli Sigg dan In the Mood of Art. Kedua film tersebut diputar di Universitas Warmadewa Denpasar. Acara ini terselenggara berkat kerja sama antara Popo Danes Architect, Kecunduk Institute, dan Jimbaran Hijau.

Kemudian, Schindhelm juga mengunjungi Jimbaran Hub, kawasan yang kini berkembang sebagai laboratorium kebudayaan baru di Bali Selatan. Di sana, ia berdialog dengan para seniman lokal dan berbagi pandangan tentang proyek seninya After the Deluge—sebuah karya konseptual yang membayangkan tenggelamnya kota Basel di Swiss sebagai ajakan untuk merenungkan upaya penyelamatan kota dan lingkungan.

Membangun Dialog Lintas Disiplin

Sementara itu, Putu Agung Prianta dari Jimbaran Hijau Foundation, salah satu inisiator kedatangan Schindhelm ke Bali, menyampaikan apresiasinya.

“Kehadiran Michael Schindhelm sangat berarti bagi dunia seni dan arsitektur di Bali. Ia tidak hanya berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga membuka ruang dialog lintas disiplin demi masa depan kebudayaan yang berkelanjutan,” ujarnya.

Akhirnya, Roots menjadi lebih dari sekadar film dokumenter. Karya ini hadir sebagai jembatan reflektif antara masa lalu, masa kini, dan masa depan Bali—serta pengingat bahwa menjaga akar budaya adalah bagian penting dari perjalanan menuju modernitas.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *